Walaupun terjadi pertempuran, warga tidak eksodus, terlalu takut.
Rabu, 28 Mei 2014, 12:10 Ahmad Hidayatullah Ichsan
(Reuters)
ahmadichsan11@gmail.com - Pertempuran
selama dua hari di Donetsk, Ukraina, menewaskan puluhan orang dari kubu
separatis pro-Rusia. Mayat-mayat mereka dibiarkan menumpuk di kamar
jenazah Kalinin, beberapa terlihat luka terbuka akibat terjangan peluru
atau terlibas pecahan bom.
Diberitakan Reuters, Selasa 27 Mei 2014, tentara separatis mengakui bahwa mereka diserang dari darat dan udara. Belum ada pernyataan pemerintah soal serangan ini. Diperkirakan, korban tewas sedikitnya 50 orang, atau bahkan bisa lebih, karena mayat-mayat yang menggunung sulit dihitung.
Mayat-mayat ini ditumpuk di satu ruangan. Mayat-mayat lainnya yang telanjang ditumpuk di ruangan sebelahnya. Ada tiga ruangan di kamar jenazah itu, tidak jelas mengapa ruangan ketiga tidak digunakan atau mengapa ada mayat-mayat tanpa busana di situ.
Dokter yang berada di situ mengatakan, korban kebanyakan tewas karena terkena peluru dari senapan berat atau ledakan bom. Warga sipil juga ada yang menjadi korban. Salah satu mayat adalah wanita warga setempat.
Serangan tiba-tiba ini dilakukan sehari setelah kemenangan Petro Poroshenko pada pemilu Minggu lalu. Separatis pro Rusia memang telah menguasai gedung-gedung pemerintahan dan bangunan lainnya di wilayah timur Ukraina tersebut.
Pertarungan masih berlangsung di pinggiran kota dekat bandara. Warga di sekitarnya berlindung semalaman di loteng-loteng rumah. Setelah dirasa aman pada Selasa pagi, mereka meninggalkan rumah dan barang berharga, mencari perlindungan.
Di jalan, truk Kamaz yang digunakan para separatis terlihat teronggok di jalan. Bodynya bolong-bolong, ditembus puluhan peluru dan terjangan peledak. Sekolah-sekolah memang tidak ditutup, namun siswa tidak ada yang berani datang. Pihak sekolah juga memulangkan mereka lebih awal.
Muncul rumor, pemerintah Ukraina memberikan ultimatum bagi para separatis untuk meninggalkan kota itu paling lambat sore hari. Namun pemerintah membantah hal ini.
Seorang pengusaha mengatakan, walaupun terjadi pertempuran hebat, namun tidak ada eksodus warga. Buktinya, stasiun-stasiun kereta masih kosong dari warga yang hendak mengungsi.
"Mereka bersembunyi di dalam rumah. Kami adalah para pekerja keras, tidak biasa melihat hal-hal semacam ini, dan warga ketakutan," kata Gleb, seorang arsitek di Donetsk. (ita)
Diberitakan Reuters, Selasa 27 Mei 2014, tentara separatis mengakui bahwa mereka diserang dari darat dan udara. Belum ada pernyataan pemerintah soal serangan ini. Diperkirakan, korban tewas sedikitnya 50 orang, atau bahkan bisa lebih, karena mayat-mayat yang menggunung sulit dihitung.
Mayat-mayat ini ditumpuk di satu ruangan. Mayat-mayat lainnya yang telanjang ditumpuk di ruangan sebelahnya. Ada tiga ruangan di kamar jenazah itu, tidak jelas mengapa ruangan ketiga tidak digunakan atau mengapa ada mayat-mayat tanpa busana di situ.
Dokter yang berada di situ mengatakan, korban kebanyakan tewas karena terkena peluru dari senapan berat atau ledakan bom. Warga sipil juga ada yang menjadi korban. Salah satu mayat adalah wanita warga setempat.
Serangan tiba-tiba ini dilakukan sehari setelah kemenangan Petro Poroshenko pada pemilu Minggu lalu. Separatis pro Rusia memang telah menguasai gedung-gedung pemerintahan dan bangunan lainnya di wilayah timur Ukraina tersebut.
Pertarungan masih berlangsung di pinggiran kota dekat bandara. Warga di sekitarnya berlindung semalaman di loteng-loteng rumah. Setelah dirasa aman pada Selasa pagi, mereka meninggalkan rumah dan barang berharga, mencari perlindungan.
Di jalan, truk Kamaz yang digunakan para separatis terlihat teronggok di jalan. Bodynya bolong-bolong, ditembus puluhan peluru dan terjangan peledak. Sekolah-sekolah memang tidak ditutup, namun siswa tidak ada yang berani datang. Pihak sekolah juga memulangkan mereka lebih awal.
Muncul rumor, pemerintah Ukraina memberikan ultimatum bagi para separatis untuk meninggalkan kota itu paling lambat sore hari. Namun pemerintah membantah hal ini.
Seorang pengusaha mengatakan, walaupun terjadi pertempuran hebat, namun tidak ada eksodus warga. Buktinya, stasiun-stasiun kereta masih kosong dari warga yang hendak mengungsi.
"Mereka bersembunyi di dalam rumah. Kami adalah para pekerja keras, tidak biasa melihat hal-hal semacam ini, dan warga ketakutan," kata Gleb, seorang arsitek di Donetsk. (ita)
© ICHSAN Blog's
0 komentar:
Posting Komentar