Presiden baru Ukraina menantang Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Rabu, 28 Mei 2014, 12:17 Ahmad Hidayatullah Ichsan
(REUTERS/Vasily Fedosenko)
ahmadichsan11@gmail.com – Serangan
Ukraina terhadap pemberontak pro-Rusia memasuki hari kedua, 27 Mei 2014
waktu setempat. Pesawat dan tentara Ukraina menewaskan lebih dari 50
pemberontak, menyusul sumpah presiden baru Ukraina yang terpilih dalam
pemilu, Petro Poroshenko, untuk menghancurkan pemberontakan di timur
untuk selama-lamanya.
Serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini seperti melontarkan tantangan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin yang mengatakan, ia berhak membela warga berbahasa Rusia yang berada di bawah ancaman.
Reuters melaporkan, terlihat 20 mayat berseragam tempur di salah satu ruangan kamar mayat di kota Donetsk. Beberapa mayat itu kehilangan anggota badannya, pertanda pemerintah Ukraina menggunakan senjata berat terhadap pemberontak untuk pertama kalinya.
“Dari sisi kami, lebih dari 50 orang tewas,” kata perdana menteri kaum pemberontak Republik Rakyat Donetsk, Alexander Borodai.
Sementara pemerintah Ukraina menyatakan tidak menderita kerugian dalam serangan yang mereka lancarkan. Serangan udara dimulai tak lama setelah rakyat Ukraina memilih Poroshenko, raja permen berusia 48 tahun, sebagai presiden baru mereka.
Putin menuntut serangan tersebut segera dihentikan. Moskow mengatakan tak menerima kunjungan Poroshenko meski siap bekerjasama dengannya.
Sebelum ini, sebagian besar pasukan Ukraina menghindari serangan langsung terhadap separatis karena mereka takut puluhan ribu tentara Rusia di perbatasan akan menyerang Ukraina.
Namun Poroshenko dan pemerintahannya tanpaknya menafsirkan kemenangan telak mereka sebagai mandat jelas bagi sebuah tindakan tegas. Poroshenko menang dengan mengantongi lebih dari 54 persen suara nasional. Dari total 21 kandidat, pesaing terkuat Poroshenko bahkan hanya memperoleh 13 persen suara. (AHI)
Serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini seperti melontarkan tantangan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin yang mengatakan, ia berhak membela warga berbahasa Rusia yang berada di bawah ancaman.
Reuters melaporkan, terlihat 20 mayat berseragam tempur di salah satu ruangan kamar mayat di kota Donetsk. Beberapa mayat itu kehilangan anggota badannya, pertanda pemerintah Ukraina menggunakan senjata berat terhadap pemberontak untuk pertama kalinya.
“Dari sisi kami, lebih dari 50 orang tewas,” kata perdana menteri kaum pemberontak Republik Rakyat Donetsk, Alexander Borodai.
Sementara pemerintah Ukraina menyatakan tidak menderita kerugian dalam serangan yang mereka lancarkan. Serangan udara dimulai tak lama setelah rakyat Ukraina memilih Poroshenko, raja permen berusia 48 tahun, sebagai presiden baru mereka.
Putin menuntut serangan tersebut segera dihentikan. Moskow mengatakan tak menerima kunjungan Poroshenko meski siap bekerjasama dengannya.
Sebelum ini, sebagian besar pasukan Ukraina menghindari serangan langsung terhadap separatis karena mereka takut puluhan ribu tentara Rusia di perbatasan akan menyerang Ukraina.
Namun Poroshenko dan pemerintahannya tanpaknya menafsirkan kemenangan telak mereka sebagai mandat jelas bagi sebuah tindakan tegas. Poroshenko menang dengan mengantongi lebih dari 54 persen suara nasional. Dari total 21 kandidat, pesaing terkuat Poroshenko bahkan hanya memperoleh 13 persen suara. (AHI)
© ICHSAN Blog's
0 komentar:
Posting Komentar